Rina membuka matanya di pagi hari dengan sedikit kesal. Bagaimana
tidak, di pagi ini pukul 04.00 dia harus dibangunkan untuk sholat shubuh.
Sejak kemarin dia memang sudah tidak tinggal di rumah. Tepatnya dia
dimasukkan di sebuah pondok pesantren.
“Aaaaahhh….. aku malaaaaas” Kata Rini sambil merentangkan kedua
tangannya.
Suara adzan telah berkumandang, ppara santri-santri segera bergegas
menuju masjid. Semua nampak baru, seasana dan keadaannya. Maklumlah
santri-santri di pondok itu adalah santri baru semua. Sedangkan
angkatan-angkatan sebelumnya masih menikmati masa liburan. Kecuali OSIP
“Organisasi Siswa Intra pesantren”..
“Hai….?” Sapa seorang santri
putri.
“oh… ha.. hai juga” Jawab Rina gurup.
“kamu bisa merapat ke sini?” tanyanya sambil menunjuk shaf yang
masih kosong .
“Oh, tentu aja” jawab Rina.
Sholat shubuh pun dilaksanakan oleh seluruh santri putrid. Termasuk
Rina tentunya. Setelah selesai sholat shubuh, mereka pun diajak untuk mengaji oleh
ustadzah yang memimpin.
. . .
Pukul 06.00 santri-santri sudah memenuhi kamar mandi, untuk mandi
tentunya.
“Ayo cepet Rin, nanti kita nggak dapat antrian….” Ucap si Iswi.
Iswi adalah teman baru Rina. Cewek manis yang mempunyai gingsul di
giginya. Mereka memang baru kenal saat tadi setelah sholat shubuh.
“Iya Wi, tunggu bentar” Teriak Rina sambil berlari menyusul.
. . .
Pukul 06.30.
“Wi.. anak-anak yang lain pada mau ke mana sih?” Tanya Rina.
“Oh, itu , katanya sih mau makan gitu”. Jawab Iswi santai.
“Makan? Makan di mana?” Tanya Rina penasaran.
“Ya ke atas lah Rina”.
“Ha? Makan kok ke atas” Tanya Rina lagi.
“Iya, dapurnya kan di atas, tenang aja, kita udah nggak perlu masak
kok, tinggal makan aja”. Kata Iswi menjelaskan. “Ayo kita ke sana juga” sambung
Iswi.
“Malas ah” Jawan Rina maas. Iswi langsung memakai jilbab dan juga
merapikannya.
“Ayo!!” ajak Iswi memaksa.
Dengan ogah-ogahan Rina menjawab “Sebenarnya aku nggak mau, tapi,
karena kamu maksa…. Iya deh”.
“Good….” Kata Iswi sambil tersenyum simpul.
. . .
“Wah, baru aku tau kalo mau makan aja harus bersusah payah dulu”
kata Rina terengah-engah.
“Ya sabarlah Rin” Jawab Iswi pendek. Mereka pun mengambil tempat
untuk menyantap makanan yang baru mereka dapat dari ibu penjaga makanan.
“Serius kita makan ini?” Tanya Rina seraya menunjuk makanan yang ada
di piringnya.
“Anak manja…. Makan sudah”. Jawab Iswi dengan enteng.
“Hmmmmm, iya deh”. Jawab Rina sambil menyuapkan sesendok nasi dengan
tempe ke mulutnya.
. . .
Sementara itu di kamar Rina dan Iswi sedang kosong. Seseorang
terlihat membuka pintu. Dia seperti mencari-cari sesuatu.
Rina dan Iswi pun kembali ke kamar. Se isi kamar sudah berantakan.
Kasur yang telah disusun sebelum mandi tadi sudah tidak teratur lagi. Bahkan,
lemari mereja juga terbuka.
“Ha..!?” Kata Rina.
“Kenapa ini Rin??” Kata Iswi.
“Aku nggak tau” Jawab Rina.
“Kamu tadi nggak ngunci kamar ya?” kata Iswi.
“A.. aku…” perkataan Rina tersendat.
“Kamu kenapa?” jawab Iswi mulai emosi.
“Aku nggak tau kuncinya di mana Iswi, kamu kan nggak ada ngasih
kunci ke aku.” Jawab Rina membela diri.
“Nggah mungkin lah Rina, tadi aku pasti ngasih kuncinya ke kamu”
Jawab Iswi.
“Kamu itu ngeyel banget sih Wi” Jawab Rina setengah berteriak.
“Kalo nggak gara-gara kamu lupa ngunci kamar, nggak mungkin kamar
kita berantakan.” Jawab Iswi dengan nada meninggi.
Santri-santri yang lain berkumpul di depan kamar mereka. Bagaimana
tidak? Satu asrama dapat mendengar mereka berkelahi mulut. Sedangkan Pembina
asrama dan OSIP sedang tidak ada. Mereka sedang rapat dan berdiskusi di kantor.
Pertengkaran itu menjadi semakin ramai dengan adanya santri-santri
yang bersorak. Tak lama kemudian terdengar suara pukulan yang keras dan
berkali-kali.
Terlihat dari ujung lorong Ustadz Ghofur sedang melangkah mendekat
dan membawa rotan. Tentu saja rotan itu untuk memukul santri-santri yang
menghalangi jalannya.
Dengan muka yang memerah. Ustadz Ghofur berjalan mendekati Rina dan
Iswi. Merahnya muka ustadz tersebut bukan karena tanpa sebab, melainkan karena
kemarahan yang ditahan.
“Sudah marah-marahnya?” Tanya Ustadz Ghofur dibuat sesantai mungkin.
“Nggak malu dilihat temen-temenmu?” sambung Ustadz Ghofur.
Seketika Rina dan Iswi terdiam. Mereka saling menatap, lalu
menunduk.
“Ayo ikut saya” Kata Ustadz Ghofur.
Sambil berjalan mereka pun mengikutinya.
Sesampai di ruang kantor mereka duduk di hadapan Ustadz Ghofur.
Ustadz Ghofur menjelaskan kepada keduanya untuk bersikap tenang dan
diselesaikan dengan kepala dingin jika ada masalah. Tidak dengan teriak-teriak
dan saling menyalahkan. Mereka pun bermaafan.
. . .
Keadaan kamar yang berantakan membuat Rina dan Iswi harus
membereskannya.
“Rina, Iswi?” panggil seorang cewek bertubuh gendut.
“Iya? Kenapa?” kata Rina dan Iswi hampir bersamaan.
“Maaf, aku yang sudah bikin kamar kalian berantakan, aku tadi
mencari barangku yang ku kira berada di kamar kalian, aku juga yang mengambil
kuncimu diam-diam, Wi.”
Rina dan Iswi Nampak kaget dengan penjelasan lala si cewek gendut
tersebut. mereka pun bertatapan.
“Iya, nggak papa.” Jawab mereka dan tersenyum. Lala berterima kasih
karena mereka mau memaafkannya dan lala pun ikut membantu membereskan kamar
tersebut.
By. Eva Zulfa’luani
Siswa Kelas X, MA
Al-Masyhuriyah
Tenggarong
Seberang, Kutai kartanegara.
================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar dan saran-saran yang membangun.
untuk menjadi bahan pembelajaran lebih baik.