Teks Puisi
Februari 3, 2010
ku ingin yang dulu
anggun merias aura langkahmu
pesona yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih yang menembus dinding hati
rasa menghujam penuh misteri
anggun merias aura langkahmu
pesona yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih yang menembus dinding hati
rasa menghujam penuh misteri
ku ingin saat itu
waktu kudengar detak jantung kita menari seiringan
saat aku hidup dalam nikmatnya siksa kerinduan
dan bila lelap menghalau doaku besok agar segera bertemu
hingga saat kutatap rautmu tak kan kulepas pandangku
tak kan kulepas genggam jemariku
waktu kudengar detak jantung kita menari seiringan
saat aku hidup dalam nikmatnya siksa kerinduan
dan bila lelap menghalau doaku besok agar segera bertemu
hingga saat kutatap rautmu tak kan kulepas pandangku
tak kan kulepas genggam jemariku
ku ingin
itu semua
harap agar ada saat ini dalam hariku
di saat rasa mengancam akan membunuh
di saat rapuh hatiku seperti lapuk ranting tua
harap agar ada saat ini dalam hariku
di saat rasa mengancam akan membunuh
di saat rapuh hatiku seperti lapuk ranting tua
ah, tapi
mungkin tetap saja
rasa akan terus mengancam
rasa akan terus mengancam
Parafrase Puisi
(A-)ku ingin (melihatmu seperti)
yang dulu
anggun merias aura langkahmu
pesona(-mu) yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih (dari pancaran wajahmu) yang (mampu) menembus dinding hati(-ku)
(semua itu te-)rasa menghujam (jantungku yang) penuh misteri (pertanyaan)
anggun merias aura langkahmu
pesona(-mu) yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih (dari pancaran wajahmu) yang (mampu) menembus dinding hati(-ku)
(semua itu te-)rasa menghujam (jantungku yang) penuh misteri (pertanyaan)
(A-)ku ingin (seperti) saat itu
waktu kudengar detak jantung kita menari seiringan
saat aku hidup (di) dalam nikmatnya siksa kerinduan (kepadamu)
dan bila lelap (telah) menghalau (mataku), doaku (panjatkan kepada tuhan) besok agar segera bertemu (denganmu)
hingga saat kutatap raut (wajah-)mu (dan) tak kan kulepas pandangku (darimu)
tak kan kulepas genggam jemariku (dari lentik indah jemarimu)
waktu kudengar detak jantung kita menari seiringan
saat aku hidup (di) dalam nikmatnya siksa kerinduan (kepadamu)
dan bila lelap (telah) menghalau (mataku), doaku (panjatkan kepada tuhan) besok agar segera bertemu (denganmu)
hingga saat kutatap raut (wajah-)mu (dan) tak kan kulepas pandangku (darimu)
tak kan kulepas genggam jemariku (dari lentik indah jemarimu)
(sampai saat ini masih) ku ingin itu semua
(aku selalu) harap agar (agar semua itu) ada saat ini dalam hariku
di saat rasa (kesepian) mengancam akan membunuh(-ku)
di saat rapuh hatiku seperti lapuk(-nya) ranting tua (pepohonan)
(aku selalu) harap agar (agar semua itu) ada saat ini dalam hariku
di saat rasa (kesepian) mengancam akan membunuh(-ku)
di saat rapuh hatiku seperti lapuk(-nya) ranting tua (pepohonan)
(aku hanya bisa berangan, karena engkau jauh dariku)..ah,
tapi mungkin tetap saja
rasa (rindu itu) akan terus mengancam (diriku).
rasa (rindu itu) akan terus mengancam (diriku).
Puisi di atas menggambarkan seorang yang sedang
merindukan kekasihnya yang berada jauh dainya. Hingga ia selalu berkeinginan
untuk dapat melihat lagi anggun wajah kekasihnya yang mampu menembus hatinya
yang penuh misteri tentang rasa yang tak tersampaikan.
Si aku (dalam puisi) juga
membayangkan bagaimana saat mereka bersama sehingga ‘aku’ berdoa agar dapat
bertemu lagi dengan kekasih hatinya, dan ‘aku’ tak akan melepaskan genggaman
jarinya. Lama ‘aku’ berangan-angan bertemu dengan kekasihnya itu. ‘aku’
merasakan kerinduan yanag ‘mengancam akan membunuh’, ‘aku’ tidak bisa merasakan
yang lain selain kerinduannya, hatinya telah rapuh karena kerinduan itu.
Tapi ‘aku’ tersadar, kerinduannya
belum akan tersampaikan kepada kekasihnya, dan kerinduan yang ‘mengancam akan
membunuh’ itub masih terus mengancamnya. Pertemuan yang diharapkan masih lama
akan terwujud.
Analisis
Struktural Puisi “Ku Ingini”
Puisi “KU INGINI”
a.Tema
Tema
puisi “Ku Ingin” adalah Keinginan untuk bertemu kekasih hati dan
kerinduannya kepada kekasihnya itu, terlihat dari bagaimana ia membayangkan
lagi anggun cantik kekasihnya,
ku ingin
yang dulu
anggun merias aura langkahmu
pesona yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih yang menembus dinding hati
rasa menghujam penuh misteri
anggun merias aura langkahmu
pesona yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih yang menembus dinding hati
rasa menghujam penuh misteri
ia membayangkan bagaimana ia ketika
bersama kekasihnya dahulu,
ku ingin
saat itu
waktu kudengar detak jantung kita menari seiringan
waktu kudengar detak jantung kita menari seiringan
dan doanya kepada Tuhan agar ia
segera dipertemukan dengan kekasihnya itu.
dan bila
lelap menghalau doaku besok agar segera bertemu
hingga saat kutatap rautmu tak kan kulepas pandangku
tak kan kulepas genggam jemariku
hingga saat kutatap rautmu tak kan kulepas pandangku
tak kan kulepas genggam jemariku
b. Amanat
Amanat
puisi “Ku Ingini” adalah bagaimanapun keadaan seseorang, ia harus ingat
selalu kepada Tuhannya, dalam kerinduan, kesedihan, kebahagiaan, dan
sebagainya, karena Tuhan-lah yang menjadikan semua itu.
c. Perasaan/nada
Nada
yang tepat untuk puisi “Ku Ingini” hampir sama dengan puisi “Terhenti",
yakni dengan nada yang rendah dan datar, serta tempo atau jeda yang agak
panjang setiap kata atau barisnya, namun yang terlihat adalah kesungguhan hati
‘aku’ dalam kerinduannya..
d. Imajinasi/Penginderaan
Gambaran/penginderaan
yang ada dalam puisi terhenti adalah gambaran penglihatan, dimana pembaca
diajak oleh ‘aku’ untuk membayangkan anggunnya wajah kekasih yang
dirindukannya, juga perasaan, dimana ‘aku’ mengungkapkan kerinduannya, pembaca
seolah-olah merasakan betapa besar kerinduan yang ‘aku’ rasakan dalam
puisi tersebut dan betapa besar keinginannya ‘aku’ untuk bertemu kembali
dengan kekasihnya. Tampak
jelas dalam baris-baris baitnya.
anggun merias aura langkahmu
pesona yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih yang menembus dinding hati
pesona yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih yang menembus dinding hati
saat aku hidup dalam nikmatnya siksa kerinduan
dan bila lelap menghalau doaku besok agar segera bertemu
hingga saat kutatap rautmu tak kan kulepas pandangku
tak kan kulepas genggam jemariku
dan bila lelap menghalau doaku besok agar segera bertemu
hingga saat kutatap rautmu tak kan kulepas pandangku
tak kan kulepas genggam jemariku
d. Korespondensi
Dalam bait-baitnya, penulis
mempersembahkan diksi yang sangat bagus, terlihat dari perulangan vocal ‘u’ dan
‘i’ pada tiap akhir baris. Juga pertalian dan runtutan maknanya dari
masing-masing kata pada tiap akhir baris. Sampaia pada bait kedua.
ku ingin
yang dulu
anggun merias aura langkahmu
pesona yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih yang menembus dinding hati
rasa menghujam penuh misteri
anggun merias aura langkahmu
pesona yang mampu mengalihkan wajahku
cahaya putih yang menembus dinding hati
rasa menghujam penuh misteri
ku ingin saat itu
waktu kudengar detak jantung kita menari seiringan
saat aku hidup dalam nikmatnya siksa kerinduan
dan bila lelap menghalau doaku besok agar segera bertemu
hingga saat kutatap rautmu tak kan kulepas pandangku
tak kan kulepas genggam jemariku
waktu kudengar detak jantung kita menari seiringan
saat aku hidup dalam nikmatnya siksa kerinduan
dan bila lelap menghalau doaku besok agar segera bertemu
hingga saat kutatap rautmu tak kan kulepas pandangku
tak kan kulepas genggam jemariku
Berbeda
pada bait ketiga dan ke empat, penulis memberikan pengulangan ‘di saat’ pada
baris ketiga dan keempat, bait ketiga. Suatu penekanan yang indah.
di saat rasa mengancam akan membunuh
di saat rapuh hatiku seperti lapuk ranting tua
di saat rapuh hatiku seperti lapuk ranting tua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar dan saran-saran yang membangun.
untuk menjadi bahan pembelajaran lebih baik.