Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Jumat, 22 Juni 2012

Meningkatkan Kemampuan Membaca

    Tulisan ini bersumber dari situs yang dibina oleh Asy Syaikh Alawy Abdul Qodir As Saqof hafidzahullah.
   Inilah sepuluh langkah untuk meningkatkan kemampuan anda dalam membaca, sehingga anda menjadi orang yang kuat dalam membaca dan agar anda berubah menjadi pembaca yang besar. Saya memilihnya untuk anda –pembaca yang mulia- di antara sepuluh makalah dalam bahasa Inggris yang tersebar dalam tema ini. Dan saya menerjemahkannya dengan beberapa perubahan. Yaitu dari seorang pelatih, spesialis dalam perkembangan dan peningkatan kemampuan, Jim M. Allen. Berikut ini sepuluh langkah tersebut:

1. Bukan suatu hal yang penting anda menjadi pembaca yang cepat untuk mendapatkan manfaat.
     Beberapa orang membaca dengan kecepatan yang tinggi, lainnya dengan kecepatan sedang, dan yang lain dengan kecepatan lambat untuk memperoleh setiap keterangan. Kecepatan sebenarnya tidak terlalu penting. Akan tetapi yang penting adalah memperoleh manfaat yang anda inginkan dan kehendaki dari membaca buku, makalah atau majalah.
     Biarkanlah saya memberikan sebuah rahasia, yang tidak dikatakan pada pembahasan-pembahasan tentang membaca pada umumnya dan tentang membaca cepat pada khususnya. Yaitu bahwasanya tabiat dan judul buku (bisa saja) mengharuskan anda membaca cepat sehingga anda memperoleh manfaat yang banyak. Buku-buku yang yang berisi kumpulan makalah misalnya, seperti buku “Maqolat li Kibari  Kuttabil  Arabiyah fil ‘Ashril Hadits”oleh Syeikh Muhammad Ibrahim al Hamd. Dan saya sarankan untuk membacanya, karena buku ini mengandung manfaat-manfaat yang bagus dan makalah-makalah luar biasa.
     Buku yang berbentuk e-book dibeberapa situs internet memungkinkan untuk dibaca cepat. Adapun ketika kita mengambil salah satu buku fiqih tertentu atau buku yang memerlukan pemikiran yang mendalam, maka tabiat buku memaksa kita untuk membaca dengan lambat, atau kecepatan sedang sehingga anda memahami apa yang terkandung di dalamnya. Untuk itu kecepatan membaca bertingkat-tingkat sesuai dengan tabiat buku dan judulnya. Dan ingatlah selalu bahwa yang penting adalah memperoleh manfaat, bukan selesainya membaca dengan cepat atau kecepatan tinggi.

2. Ketahuilah: Mengapa anda membaca? 
    Anda wajib mengetahui tujuan sebelum membaca. Dan yang menjadi landasannya adalah dengan memilih buku-buku yang anda baca dengan pemahaman dan pengetahuan.Apakah anda membaca untuk   hiburan dan kesenangan? Ataukah anda membaca untuk belajar yang berkelanjutan yang meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan kemampuan anda, pandangan hidup, hikmah atas sesuatu, pembangunan dan pembentukan kepribadian anda yang terdidik , kepemimpinan dan pemikiran sehingga anda bisa menjadi orang yang berpengaruh di lingkungan dan masyarakat sekitar anda?
3. Anda tidak perlu membaca segala hal. 
Setiap buku, majalah, atau email tidaklah perlu dibaca secara lengkap. Umumnya majalah, email sebenarnya tidak mengandung sesuatu yang dapat memberi manfaat. Untuk itu hal yang penting adalah anda putuskan apa yang dibaca, dan waktu yang akan dihabiskan dalam membaca. Pilihlah buku yang sesuai dengan keahlian, kepentingan, dan bidang anda yang ingin anda tonjolkan. 

4. Bukan hal yang penting anda membaca buku atau segala sesuatu yang ada di tangan anda. 
    Apakah anda membaca setiap tulisan di majalah yang ada di hadapan anda? Dan apakah anda membaca setiap bagian dan bab dalam buku?
Yang penting dalam masalah ini, jika anda mengikuti metode “membaca segala sesuatu”, kadang anda membaca bab-bab atau tulisan yang banyak dimana sebenarnya tidak diperlukan untuk dibaca. Pilihlah bagian yang penting saja dari buku, yang menarik perhatian anda, dan yang sesuai dengan keterangan dan manfaat yang anda cari. Dan jadilah orang yang bisa memilih dalam membaca.
      Dan salah seorang pemikir senior menyebutkan bahwasanya akal anda itu menghasilkan sesuai dengan apa yang anda isi di dalamnya. Yaitu seperti penggilingan, jika anda taruh gandum yang baik di dalamnya, maka akan mengeluarkan tepung yang baik pula, dan apabila anda taruh di dalamnya selain itu maka akan mengeluarkan sesuai dengan apa yang anda taruh tadi. Maka perhatikanlah apa yang anda taruh pada akal anda yang merupakan komponen utama yang anda miliki untuk berhukum dan bermuamalah dengan alam, problematika, imajinasi dan pikiran. Akal merupakan sumber pembentuk kepribadian anda. Masalah ini kembali pada anda, tidak ada campur tangan orang lain di dalamnya. 

5. Ujilah kondisi jiwa dan pembawaan anda sebelum memulai membaca. 
     Kondisi jiwa dan pembawaan sangat penting sebelum memulai membaca di waktu-waktu tertentu. Ketika kondisi jiwa sedang jernih, tidak jenuh,  maka anda dapat membaca buku-buku berbobot yang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Jika anda merasa jenuh dan lelah maka pilihlah buku-buku yang mudah dan ringan yang sesuai dimana tidak membutuhkan keseriusan dalam membaca. 

6. Buat skala prioritas dalam membaca. 
    Jadikan kegiatan membaca anda sesuai dengan skala prioritas. Jika anda berniat mengarang sebuah buku, karya ilmiah, makalah, maka bacaan anda harus sesuai dengan judul yang anda niatkan. Ini adalah nasehat yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin meneruskan membaca. Yaitu dengan menjadikan tujuan membaca bisa menghasilkan pemikiran, argumentasi dan imajinasi baru. Kadang anda menenukan sesuatu yang baru dari apa yang dibaca. Hal itu bisa didapat dari penulisan buku, karya ilmiyah dan makalah. Yang demikian ini –dari fakta penelitian dan pengalaman kebanyakan orang- dapat mendorong kita untuk meneruskan membaca dan itu merupakan faktor pendorong yang paling penting dalam membaca. 

7. Perbaiki, atur dan siapkan tempat anda membaca. 
     Anda akan membaca dan memahami dengan sebaik-baik keadaan, apabila tempat anda membaca teratur dan siap dengan keadaan yang dapat membantuanda membaca. Kenyamanan anda ketika duduk merupakan faktor penting untuk meneruskan membaca. Dahulu Syeikh ‘Ali Thonthowiy –seorang Syeikh, da’i, sastrawan, pendidik dan salah seorang quro’ Arab senior pada zaman ini- mengatur bantal-bantal yang berukuran berbeda-beda, dia letakkan dibelakang punggungnya atau menyadarkan punggungnya sesuai dengan posisi yang membantunya agar dapat senyaman mungkin ketika membaca. 

8. Jika anda telah memulai membaca jangan berhenti. 
     Bacalah langsung, jangan berhenti kecuali ada sebab darurat dan terpaksa harus berhenti. Jika anda telah selesai membaca dan anda memiliki beberapa pertanyaan, ulangi sekali lagi secara detail untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terlintas dalam benakanda atau mencari jawaban di buku-buku lain. Jika anda tidak memiliki pertanyaan, maka sebenarnya anda telah mendapatkan apa yang anda perlukan. Pertanyaan merupakan pintu kebaikan yang besar bagi siapa saja yang menginginkan perkembangan yang terus-menerus pada kepribadian, pembentukan pola pikir dan jiwa kepepimpinannya.
   Saya teringat bahwa saya pernah menghadiri pelatihan manajemen keunggulan dan inovasi yang diadakan oleh Arab Saudi Administrasi Umum di kota Riyadh pada tanggal 8-10 Shafar 1428 H, diantara yang narasumber pada acara itu Prof. Michaell Marchurt dari Universitas George Washington di USA. Dia menyampaikan ceramah dengan judul “Kepemimpinan Pada Abad 21: Pertanyaan lebih utama dari jawaban”. Meskipun durasi ceramahnya hanya sekitar seperempat jam, itu merupakan  ceramah yang paling bagus dan menakjubkan pada pertemuan itu dan mendatangkan manfaat yang bagus bagiku. Sebabnya sangat mudah, bahwa ceramah itu memberikan metode bukan informasi.
    Barangsiapa yang memiliki informasi maka dia seakan-akan memiliki sepotong emas dan barangsiapa yang memiliki manhaj (metode) seakan-akan dia memiliki tambang emas.
    Apa yang saya inginkan untuk dipetik dari kisah tadi yaitu siapa yang menginginkan kesuksesan maka dia harus membayar beban-beban pertanyaan yaitu mulai dengan : mengapa?, apa?, bagaimana?, kapan?, dimana?, apakah? dan lain-lain, dan dia harus mengerahkan tenaga, penat dan keringat di dahinya serta sesuatu dari ketenangan jiwanya untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. 

9. Konsentrasilah 
    Ingatlah baik-baik bahwa anda sedang membaca dan anda memiliki tujuan dari membaca. Untuk itu anda harus konsentrasi dalam materi yang dibaca. Jika anda kehilangan konsentrasi dan perhatian setelah membaca maka istirahatlah sejenak atau anda bisa membaca buku lain. Yang penting dapat dijaga jalannya bacaan sesuai dengan materi yang dibaca dan yang diharapkan manfaatnya pada pikiran dan benak anda yang berkembang secara terus-menerus pada saat membaca dan belajar dengan metode yang bermacam-macam. Jangan lupa sesungguhnya membaca itu metode belajar yang paling penting sebagaimana diajarkan dalam pelajaran-pelajaran. 

10. Bertahaplah dan biasakan. 
      Sesungguhnya seorang pembaca besar tidak dilahirkan di antara siang dan malam dan mereka melihat diri mereka sebagai seorang pembaca yang besar. Tetapi mereka kerja keras dan mencari sebab belajar dari kesalahan mereka baik dalam memilih buku atau metode membaca. Memahami dan mengerti pelajaran dari sela-sela penelitian, pengalaman dan kebiasaan.
Metode-metode yang telah saya sebutkan ini member anda bagian penting dan besar untuk meningkatkan kebiasaan anda membaca. Oleh karenanya tinggal memusatkan pikiran, yang penting hal itu kembali kepada anda wahai pembaca yamg mulia.
        Membaca bukanlah hobi sebagaimana anggapan orang. Diantara lemahnya perkataan yaitu seseorang ketika ditanya apa hobinya, dia menjawab bahwa hobinya adalah membaca. Sesungguhnya membaca itu cara hidup, pelengkap, kebutuhan primer dan yang paling penting bagi siapa yang ingin menjadi penerang sinar dan cahaya, serta pemimpin yang berpengaruh di dalam kehidupan. Sebelum berpisah saya ajak untuk membaca kitab “ ’Asyiq”oleh Aidh Al Qorni yang didalamnya membahas kisahnya tentang membaca, manfaat-manfaatnya dan memaparkan beberapa contoh membaca dari salafush sholeh, kitab itu mengumpulkan antara hiburan dan faedah. Syeikh menulisnya dengan uslub yang mengandung nilai sastra yang tinggi.

Sumber : http://www.direktori-islam.com/2009/07/10-langkah-meningkatkan-kemampuan-membaca/ 
Artikel www.remajaislam.com

Rabu, 20 Juni 2012

PELANGGARAN KODE ETIK GURU BUTIR EMPAT


“ MENCIPTAKAN SUASANA SEKOLAH YANG MEMBUAT ANAK DIDIK BETAH BERADA DAN BELAJAR DI SDN 009 KARANG ASAM SAMARINDA”
Moh. Alim (NIM.0705075188)
 


Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional, di pusat maupun di Daerah, maupun Kementerian lain dalam rangka pembinaan pendidikan di negara kita.
Setiap guru Indonesi awajib tunduk dan taat kepada ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijaksanaan dan peraturan, baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat maupun di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanan-kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.
Artikel yang berjudul Menciptakan Suasana Sekolah yang Membuat Anak Didik Betah Berada dan Belajar di SDN 009 Karang Asam ini mencoba melihat sisi pendidikan secara langsung yang ada di satuan pendidikan. Dengan mengungkapkan hal-hal yang tidak sesuai dengan kode etik dan peraturan pemerintah tentang sistem pendidikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya penulisan artikel ini. Saran dan kritik yang membangun tetap penulis terima demi terciptanya penulisan yang lebih baik lagi. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca.

-----------

Menurut Dedi Supriadi (1999) profesi guru adalah orang suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Abin Syamsudin (2000) Mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki rang pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan tingkat tinggi.
Mendidik ialah meminpin anak ke arah kedewasaan, jadi yang kiata tuju dalam pendidikan ialah kedewasaan si anak. Tidak mungkin Seorang pendidik membawa anak kepada dewasanya bukan hanya dengan nasihat-nasihat, perintah-perintah, anjuran-anjuran dan larangan-larangan saja. Melainkan yang utama ialah dengan gambaran kedewasaan yang senantiasa dapat dibayangkan oleh anak dalam diri pendidiknya didalam pergaulan mereka (antara pendidik dan anak didik). Seiring berjalannya waktu suatu pendidikan berubah mengikuti perkembangan jaman. Sehingga sampailah pada saat dewasa ini, guru bukan merupakan satu-satunya kontrol sosaial, melainkan dalam hal ini guru mempunyai posisi sebagai pasilitator setelah menjalankan fungsinya sebagai pelatih, pengajar dan pembimbing (Sumiati dan Asra, 2008).
Dalam Kode Etik Guru Indonesia Point Butir Empat, yaitu (4)Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar” dan penjelasan pada Butir empat bagian (a) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah berada dan belajar di sekolah. Hal ini berarti seorang guru harus menguasai berbagai metode dan strategi pembelajaran untuk digunakan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakannya di sekolah sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi anak didik dan anak didik menjadi betah belajar di sekolah.
Secara umum Syaiful Bahri Djamarah (2008) mengartikan strategi sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam permujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Tetapi tidak demikian yang terlihat di SDN 009 Karang Asam. Ada beberapa guru yang melanggar kode etik guru tersebut. Sebut saja guru A.
Guru A dalam melaksanakan pembelajaran hanya menggunakan metode pembelajaran tradisional dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakannya, yakni metode ceramah. Siswa yang selalu mendengarkan perkataan-perkataan guru dalam ceramahnya menjadi tidak konsentrasi dan bermain sendiri. Namun, guru tersebut tetap saja melanjutkan materinya tanpa mengarahkan anak didiknya agar memahami materi yang ia sampaikan sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan kondusif.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Pasal 3 ayat (4) dijelaskan bahwa
(4)  Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurangkurangnya meliputi:
a.      pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
b.      pemahaman terhadap peserta didik;
c.          pengembangan kurikulum atau silabus;
d.      perancangan pembelajaran;
e.         pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f.           pemanfaatan teknologi pembelajaran;
g.      evaluasi hasil belajar; dan
h.      pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Semestinya guru tersebut harus memiliki kompetensi Pedagogik yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah di atas. Kompetensi pedagogik terdiri dari lima subkompetensi, yaitu: memahami peserta didik secara mendalam; merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran; melaksanakan pembelajaran; merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran; dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya (Sudarwan dan Khairil, 2010).
Mengingat beragamnya kemampuan anak didik dan kepribadian anak didik, guru harus mengetahui karakteristik setiap anak didiknya. Namun, yang dilakukan guru A dalam proses belajar mengajar adalam bertentangan dengan hal tersebut. Guru A tidak mengetahui karakter setiap anak didiknya dan tidak menghiraukan perbedaan yang ada di setiap anak didiknya.
Sesuai dengan apa yang dilaksanakan oleh Guru A dalam proses pembelajaran yang ia laksanakan, guru tersebut harus menguasai keempat subkompetensi tersebut.
Sudarwan dan Khairil (2010) menjelaskan bahwa subkompetensi merancang pembelajaran memiliki indikator esensial, yaitu; guru harus menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi yang akan diajarkan; guru harus menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki esensial yaitu menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indicator esensial, yaitu merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
Sobkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indicator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
Kemampuan guru dalam merencanakan proses belajar mengajar sama dengan kemampuan mendesain bangunan bagi seorang arsitek. Ia tidak hanya bisa membuat gambar yang baik dan memiliki nilai estetis, tetapi juga harus mengetahui makna dan tujuan dari desain bangunan yang dibuatnya. Demikian halnya dengan guru, dalam membuat rencana atau program belajar mengajar, guru harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, serta menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat di dalamnya (Udin Syaefudin Saud, 2008).
 @@@@@@@@
DAFTAR PUSTAKA
 Danim, Sudarwan dan Khairil. 2010. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Bandung: Rineka Cipta.
Himpunan Peraturan Perundang-undangan.  2009. Undang-undang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia.
Saud, Udin Syaefusin. 2008. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Supriadi, D. 1999. Manajemen dan Kepemimpinan. Jakarta: Depdikbud.
Sumiati dan Asra. 2008. Pelaksanaan Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. 
Syamsudin, Abin. 2000. Organisasi dan Profesi. No. 7/1998