Senin, 07 Mei 2012

Harta dan Janjimu

Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan yang menguasai dunia Masyriq sampai Maghrib. Yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu. Sholawat dan salam Allah semoga senantiasa tercurahkan kepada Shohibus Syafa’ah, sayyidina Muhammadin Saw.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hadad ayat 7-8 yang artinya: “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya[1456]. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. Dan Mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. dan Sesungguhnya dia Telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman[1457]. (Q.S. Al-Hadiid, ayat 7-8).

Manusia hidup di dunia ini telah disediakan oleh Allah SWT berbagai macam fasilitas, kenikmatan, sebagai pemenuh kebutuhan manusia dalam mengemban amanat untuk menjadi Kholifah Allah SWT di muka bumi. Dalam ayat di atas sebutkan bahwa Allah telah menjadikan manusia menguasai harta atau kekayaan di muka bumi. Yang dimaksud dengan menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. Hak milik pada hakikatnya adalah pada Allah. Harta tersebut hanya dititipkan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai amanah dan ujian keimanan manusia kepada Allah SWT.
Panggilan kepada orang-orang yang beriman tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa orang-orang yang diberi amanah berupa harta tersebut kebanyakan lalai dan berkhianat terhadap amanah yang ditipkan. Mereka lupa melakukan hak-hak dari harta tersebut. Manusia kebanyakan menggunakan harta tersebut untuk hura-hura mengikuti keinginan nafsu belaka. Dan yang kesemuanya itu bermaksiat kepada Allah SWT.
Jika harta tersebut diberikan lisan oleh Allah SWT untuk dapat berbicara dan mengadu kepada Allah SWT, akan seperti inilah pengaduan mereka:
Harta 1 : “Ya Allah Tuhanku, hamba malu kepada Engkau Ya Allah, hamba digunakan oleh makhluk manusia yang bernama si A dan si B untuk bermaksiat kepada-Mu dan selalu menuruti hawa nafsu syetan saja”.
Harta 2 : “Ya Allah…. Ampuni hamba, oleh manusia yang bernama si C dan si D hamba menjadi alasan untuk saling bermusuhan, saling membunuh, menipu, dan menyakiti sesama manusia, bukanlah Engkau menciptakan muslim yang satu dengan muslim lainnya adalah bersaudara”.
Harta 3 : “Ya Allah…. Hamba bosan melihat makhluk manusia si E dan si F yang selalu sombong karena telah memiliki hamba, padahal sifat Agung itu hanyalah milik Engkau saja Ya Allah”.
Masih akan banyak lagi penyampaian-penyampaian harta yang merupakan amanah itu kepada Allah SWT.
Jika kita fahami dan melanjutkannya, Allah telah menjawab dari penyampaian-penyampaian harta tersebut dengan sabda-Nya yang artinya berbunyi: “Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”.
Oleh karena itu, manusia dalam menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang Telah disyariatkan Allah. Allah telah mensyariatkan jalan-jalan dan petunjuk melalui Rasulullah Muhammad SAW agar manusia dapat menggunakan harta tersebut benar-benar sesuai dengan aturan Allah. Misalnya dengan mengeluarkan hak-hak fakir miskin yang ada dalam harta tersebut, bersedekah dan memolong sesam di jalan Allah SWT.
Rasulullah Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyeru kepada manusia agar beriman kepada Allah SWT. Rasulullah SAW mengingatkan kembali apa yang telah dijanjikan oleh manusia (anak turun Adam) dalam alam ruh. Bahwa manusia (anak turun Adam) telah bersaksi dan mengakui bahwa Tuhan-nya adalah Allah SWT dan ia beriman. seperti tersebut dalam surat Al A´raaf ayat 172yang artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)".
Namun kebanyakan manusia lupa,  tiada mau berfikir dan memahami hal tersebut. Merekalah yang lupa akan perjanjiannya tersebut yang disebutkan oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang pada hari kiamat akan berkata “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)".
Allah SWT yang maha mengetahui segala sesuatu, yang Nampak dan yang tidak Nampak, yang lalu dan yang akan datang. Jika manusia (bani Adam) mau berfikir tentang ayat tersebut, akankah dia merasa malu jika di akhirat nanti dia mengatakan hal tersebut (penyesalan), sedangkan Allah SWT telah mengatakan apa yang akan dikatakan manusia nantinya, seperti halnya Allah berkata “inilah yang akan engkau katakana nanti di hari kiamat”.
Karenanya sudah seyogyanya bagi setiap orang, harus beriman dan menjalankan apa yang telah diserukan oleh Rasulullah SAW untuk mentauhidkan Allah SWT, agar tiada menyesalan nantinya, dan nafkahkanlah harta di kehidupan di dunia ini sesuai dengan syariat Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon dengan nama-nama-Mu yang baik, dan sifat-sifatmu yang tinggi, agar berkenan mengkaruniakan hati-hati yang lembut kepada kami agar (senantiasa) mengingat dan bersyukur kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu hati-hati yang tenang untuk mengingat-Mu. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu lisan-lisan yang senantiasa basah menyebut-Mu. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang sempurna, keyakinan yang benar, hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, amal shaleh yang diterima di sisi-Mu, wahai Yang Maha Mulia. Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari fitnah-fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi.
Subhana Rabbika Rabbil ‘Izzati ‘Amma Yashifun, wa salamun ‘ala mursalin walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar dan saran-saran yang membangun.
untuk menjadi bahan pembelajaran lebih baik.