Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, segala puji
bagi Allah Tuhan yang menguasai dunia Masyriq sampai Maghrib. Yang kepada-Nya
bergantung segala sesuatu. Sholawat dan salam Allah semoga senantiasa tercurahkan
kepada Shohibus Syafa’ah, sayyidina Muhammadin Saw.
Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an Surat Al-Hadad ayat 7-8 yang artinya: “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya[1456]. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar. Dan Mengapa kamu tidak beriman kepada
Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. dan
Sesungguhnya dia Telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang
beriman[1457]. (Q.S. Al-Hadiid, ayat 7-8).
Manusia hidup di dunia ini
telah disediakan oleh Allah SWT berbagai macam fasilitas, kenikmatan, sebagai
pemenuh kebutuhan manusia dalam mengemban amanat untuk menjadi Kholifah Allah
SWT di muka bumi. Dalam ayat di atas sebutkan bahwa Allah telah menjadikan
manusia menguasai harta atau kekayaan di muka bumi. Yang dimaksud dengan
menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. Hak milik pada
hakikatnya adalah pada Allah. Harta tersebut hanya dititipkan oleh Allah SWT
kepada manusia sebagai amanah dan ujian keimanan manusia kepada Allah SWT.
Panggilan kepada
orang-orang yang beriman tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa orang-orang yang
diberi amanah berupa harta tersebut kebanyakan lalai dan berkhianat terhadap
amanah yang ditipkan. Mereka lupa melakukan hak-hak dari harta tersebut. Manusia
kebanyakan menggunakan harta tersebut untuk hura-hura mengikuti keinginan nafsu
belaka. Dan yang kesemuanya itu bermaksiat kepada Allah SWT.
Jika harta tersebut
diberikan lisan oleh Allah SWT untuk dapat berbicara dan mengadu kepada Allah
SWT, akan seperti inilah pengaduan mereka:
Harta 1 : “Ya Allah Tuhanku, hamba malu kepada Engkau
Ya Allah, hamba digunakan oleh makhluk manusia yang bernama si A dan si B untuk
bermaksiat kepada-Mu dan selalu menuruti hawa nafsu syetan saja”.
Harta 2 : “Ya Allah…. Ampuni hamba, oleh manusia yang
bernama si C dan si D hamba menjadi alasan untuk saling bermusuhan, saling
membunuh, menipu, dan menyakiti sesama manusia, bukanlah Engkau menciptakan muslim
yang satu dengan muslim lainnya adalah bersaudara”.
Harta 3 : “Ya Allah…. Hamba bosan melihat makhluk
manusia si E dan si F yang selalu sombong karena telah memiliki hamba, padahal
sifat Agung itu hanyalah milik Engkau saja Ya Allah”.
Masih akan banyak lagi
penyampaian-penyampaian harta yang merupakan amanah itu kepada Allah SWT.
Jika kita fahami dan
melanjutkannya, Allah telah menjawab dari penyampaian-penyampaian harta tersebut
dengan sabda-Nya yang artinya berbunyi: “Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar”.
Oleh karena itu, manusia dalam
menafkahkan hartanya itu haruslah menurut hukum-hukum yang Telah disyariatkan
Allah. Allah telah mensyariatkan jalan-jalan dan petunjuk melalui Rasulullah
Muhammad SAW agar manusia dapat menggunakan harta tersebut benar-benar sesuai
dengan aturan Allah. Misalnya dengan mengeluarkan hak-hak fakir miskin yang ada
dalam harta tersebut, bersedekah dan memolong sesam di jalan Allah SWT.
Rasulullah Muhammad SAW diutus
oleh Allah SWT untuk menyeru kepada manusia agar beriman kepada Allah SWT. Rasulullah
SAW mengingatkan kembali apa yang telah dijanjikan oleh manusia (anak turun
Adam) dalam alam ruh. Bahwa manusia (anak turun Adam) telah bersaksi dan
mengakui bahwa Tuhan-nya adalah Allah SWT dan ia beriman. seperti tersebut
dalam surat Al A´raaf ayat 172yang artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)".
Namun kebanyakan manusia
lupa, tiada mau berfikir dan memahami
hal tersebut. Merekalah yang lupa akan perjanjiannya tersebut yang disebutkan
oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang pada hari kiamat akan berkata “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)".
Allah SWT yang maha
mengetahui segala sesuatu, yang Nampak dan yang tidak Nampak, yang lalu dan
yang akan datang. Jika manusia (bani Adam) mau berfikir tentang ayat tersebut, akankah
dia merasa malu jika di akhirat nanti dia mengatakan hal tersebut (penyesalan),
sedangkan Allah SWT telah mengatakan apa yang akan dikatakan manusia nantinya,
seperti halnya Allah berkata “inilah yang akan engkau katakana nanti di hari
kiamat”.
Karenanya
sudah seyogyanya bagi setiap orang, harus beriman
dan menjalankan apa yang telah diserukan oleh Rasulullah SAW untuk mentauhidkan
Allah SWT, agar tiada
menyesalan nantinya, dan nafkahkanlah
harta di kehidupan di dunia ini sesuai dengan syariat Allah SWT dan Rasulullah
SAW.
Ya
Allah, sesungguhnya kami memohon dengan nama-nama-Mu yang baik, dan
sifat-sifatmu yang tinggi, agar berkenan mengkaruniakan hati-hati yang lembut
kepada kami agar (senantiasa) mengingat dan bersyukur kepada-Mu. Ya Allah,
sesungguhnya kami memohon kepada-Mu hati-hati yang tenang untuk mengingat-Mu. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu lisan-lisan yang senantiasa
basah menyebut-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang
sempurna, keyakinan yang benar, hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, amal
shaleh yang diterima di sisi-Mu, wahai Yang Maha Mulia. Ya
Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari fitnah-fitnah yang tampak
maupun yang tersembunyi.
Subhana Rabbika Rabbil ‘Izzati ‘Amma Yashifun, wa salamun
‘ala mursalin walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar dan saran-saran yang membangun.
untuk menjadi bahan pembelajaran lebih baik.