Selasa, 01 Mei 2012

Ta’aruf yang Tersembunyi


entah bagaimana mulainya
saat itupun aku bertanya-tanya
tatkala ibuku berkata telah ku tanyakan seorang gadis untukmu
aku hanya bias berkata “iya”, hanya berkata dalam hati “siapa dan bagaimana”
sebagai baktiku kepada ibu
sebagaimana rasul telah bersabda
“ibumu, ibumu, ibumu!” begitulah dalam sebuah hadits yang pernah kubaca
“lalu ayahmu!” sebagai kelanjutan ucapan dari lidah yang mulia

aku belum pernah melihatmu
bahkan nama lengkapmu aku pun tak tahu
aku hanya disuruh bertandang ke rumahmu
tak ada yang aku bawa, hanyalah penyampaian orang tua yang sebelumnya telah terucap
kau malu-malu dan tak sempet mununjukkan diri terhadapku
hanya ku yakinkan hatiku, bahwa keindahan itu datang dari Yang Maha Indah
setelah sampai kau selesaikan ujian akhirmu
sebuah jawaban darimu membuatku begitu lega
meski dengan syarat yang telah ku setujui
kau berkata bahwa lebih baik memiliki suami yang berbakti daripada yang durhaka
kau berkata bahwa lebih baik memilki suami yang dermawan daripada yang bakhil harta
kau berkata lebih baik memiliki suami yang mementingkan agama daripada yang mementingkan dunia
dan kau pun berharap bahwa diriku kelak bisa membuatmu bahagia
hanya lewat suara dan sms kita berbicara
untuk memastikan keyakinan kita untuk menikah
tak apalah untuk kebahagiaan yang benar-benar datang dari-Nya
tuk menggapai alhub fillah wa lillah

kau pernah berkata kapan waktu menikah biarlah orang tua yang memberikan arah
begitu besar bakti dan tawadhu’mu kepada orang tua
berharap pada Allah inilah jodoh yang datang dari pilihan-Nya
agar mampu menjaga kemurnian dan kesucian niatmu dalam mewujudkan berbagai cita
serta menjadikanmu lebih kuat kala cobaan dan ujian datang menerpa
karena aku akan karena Allah yang akan mendampingimu senantiasa
namun yang harus kau tahu adalah bahwa aku lelaki biasa
segala kelebihan dan kelemahan pastilah kupunya

senanglah hati ketika mengetahui dirimu rutin dalam sebuah muthola’ah
tidak seperti aku yang hanya pernah masuk madrasah
mulai ibtidaiyah, tsanawiyah namun tidak lanjut ke aliyah
namun sekarang aku sudah lulus kuliah
saat ini pun aku sudah memiliki pengalaman berma’isyah
engkau adalah ‘Aisyah dari Allah yang maha Megah
kebahagiaan kita tak diukur dengan walimah
tentu saja yang sederhana dan bukan yang meriah
insya Allah kita kan bersama-sama belajar bila kelak kita menikah
untuk mewujudkan keinginanmu agar bisa menerangi setiap ruang rumah
dengan lantunan Al-Qur’an dan sholawat ila rosulillah
senanglah hatiku tatkala bukannya ma’isyah yang orang tuamu pertanyakan
bukan pula pangkat dan jabatan juga berbagai kemewahan
namun hanya addin Islam
untuk mencapai tujuan menjaga iman islam
menjaga kehormatan diri agar tidak terjerumus bermaksiatan kepada Allah swt

meski belum sekalipun ku melihat nyatamu
aku tetap yakin bahwa Allah telah mengatur semuanya
agar juga kita tetap terhindar dari alfitnah
di akhir malam ini, jika boleh ku katakana
aku telah sayang kau kasih, sejak kau malu-malu dan tak sempat keluar menemuiku
saat ku bertandang ke rumahmu
kita akan bersama kasih, dalam malam-malam yang diberkahi oleh-Nya.
Amin amin Ya Mujibas Sailiiinn….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar dan saran-saran yang membangun.
untuk menjadi bahan pembelajaran lebih baik.